Punya Keloid Minor? Ini Cara Mengatasinya
Siapa yang pernah dibuat pusing oleh keloid? Salah satu jenis bekas luka yang bikin tidak percaya diri ini memang jadi musuh sebagian wanita yang pernah mengalaminya. Warna keloid yang cukup kontras dengan kulit disekitarnya dan bentuknya yang tebal memang bisa mengganggu penampilan.
Kenalan dengan keloid
Ketika kulit mengalami luka, maka saat itu juga secara alami kulit akan membentuk sel jaringan baru untuk memperbaikinya. Tapi, tak jarang pertumbuhan jaringan baru ini berlebihan sehingga membentuk apa yang disebut keloid. Keloid bisa tumbuh lebih tinggi dari permukaan kulit dan lebih lebar dari luka awal.
Walaupun permukaannya halus, tapi jaringannya keras dengan warna kemerahan atau keunguan. Jaringan ini akan terus tumbuh tanpa kepastian akan berhenti. Dilansir dari verywellhealth.com, pada sejumlah kasus, keloid juga bisa terasa sakit, gatal, dan terasa seperti terbakar.
Ukuran keloid bisa jauh lebih besar dari luka aslinya. Biasanya, keloid banyak ditemukan sekitar area dada, bahu, telinga, dan pipi. Walaupun sebenarnya keloid juga dapat tumbuh di bagian tubuh mana pun dan biasanya dipicu karena bekas luka. Salah satunya yang umum ditemukan adalah pada bekas luka operasi caesar di area perut bagian bawah.
Meskipun keloid tidak berbahaya bagi kesehatan, namun dapat mengganggu penampilan kamu.
Cari tahu penyebab keloid
Sebenarnya sebagian besar jenis cedera pada kulit berpotensi menimbulkan jaringan parut atau yang disebut sebagai keloid di bagian tubuh. Tapi yang paling besar pemicunya adalah berikut ini :
- Luka bakar
Pengertian luka bakar bukan cuma karena disebabkan api, tapi ketika bisa juga akibat terkena air panas, setruman listrik, hingga paparan sinar matahari secara terus-menerus. Semua bisa jadi penyebab timbulnya keloid.
- Bekas jerawat
Keloid bisa menyerang siapa saja. Bahkan khusus kamu yang punya potensi besar terkena keloid, luka bekas jerawat dan bisul juga bisa memicu munculnya keloid. Supaya terhindar, kamu wajib menjaga kebersihan wajah dan menghindari makanan yang rentan menimbulkan jerawat dan bisul.
- Bekas luka tindik
Sangat berisiko, menindik telinga tanpa memperhatikan kebersihan alat-alatnya. Begitu pula dengan perawatan pasca tindik. Kurang menjaga kebersihan area yang habis ditindik, rentan menimbulkan infeksi dan lukanya bisa memunculkan keloid.
- Bekas luka gores

Penyebabnya bisa beragam. Karena kecelakaan (terkena benda tajam) atau bisa juga karena operasi di tubuh. Akibat kecelakaan (kecil atau pun besar), risiko infeksi rentan terjadi. Begitu pula pada bekas operasi, risiko infeksi juga mungkin terjadi, meskipun prosedur di rumah sakit membuat kemungkinannya lebih kecil.
- Faktor genetik
Keloid cenderung memiliki komponen genetik yang berarti kamu lebih mungkin memiliki keloid, jika salah satu atau kedua orang tua memiliki bekas luka seperti itu.
Dilansir dari Hello Sehat, adalah gen AHNAK yang ikut menentukan siapa yang membawa keloid dan siapa yang tidak. Para peneliti mengungkapkan bahwa orang yang memiliki gen AHNAK lebih mungkin untuk terkena luka keloid daripada mereka yang tidak.
Buat kamu yang membawa gen AHNAK, sangat disarankan menjauhi pemicu luka yang bisa menimbulkan keloid.
Cara mengatasi keloid
Khusus buat kamu yang mulai merasakan gejala keloid/ memiliki keloid minor, setelah luka yang diderita kering bisa langsung mengaplikasikan Dermatix® Ultra pada bekas luka. Formulanya berasal dari Amerika Serikat dan telah diakui dan terdaftar di Kementerian Kesehatan RI. Dermatix® Ultra juga mengandung teknologi CPX yang inovatif dan vitamin C Ester, dan telah diuji coba secara ekstensif untuk menjamin proses pelapisan dan oklusi yang terbaik.
Gel topikal ini bekerja baik untuk bantu memudarkan dan menghaluskan bekas luka menonjol hingga 80%*. Cara penggunaan Dermatix Ultra sangat mudah. Tinggal dioleskan tipis-tipis seukuran sebutir jagung pada area bekas luka yang muncul gejala keloid. Biarkan kering dalam 1-2 menit, dan ulangi pemakaian 2 kali sehari selama setidaknya 8 minggu.
Tak usah lagi cemas berlebihan, untuk urusan keloid ya.



*Berdasarkan studi observasi berskala besar - MUIH Centre Study oleh Dr. M. Sepermanesh. Kompedium Dermatologie 2006: 1: 30-32.